#Angkatan14
Nadine
memandang Derry yang sedang duduk di depannya. Mencoba mencari dusta di wajah
sahabat karibnya itu. Tapi tidak ada pupil yang membesar, pun tidak ada raut
gelisah. Tidak ada mimik aneh di wajahnya.
“
Loe yakin itu Aldy ?”
“Sumpah
Nad... masa gw salah lihat sih.”
Aldy
jalan sama cewek lain di mal. Mereka gandengan tangan plus pelukan segala. Itu
yang di katakan Derry di telephone, 1 jam yang lalu. Dan itu juga cerita yang
di ulang Derry sekarang, di depan matanya.
Berbekal
penasaran, Nadine mendial nomer telfon Aldy. Di angkat pada deringan kelima.
Lama banget
“ Kamu lagi di mana ?”
“
Lagi di kantor ni, ngumpul sama anak anak. Kenapa Bie ? “ Bisik Aldy.
Kenapa harus bisik
bisik... kalo cuma ngumpul sama temen temen kantor ?
“
Ga apa apa. Kalo udah pulang, telfon aku ya,”
“
Oke... sweety. Love you.“
Nadine
memencet tombol off di handphone nya dan memandang Derry lagi.
“
Dia di kantor, “ Gumam Nadine.
“
Ga mungkin dia di kantor, baru 1 jam yang lalu gw liat dia. Jarak kantor dia
dari Mal itu jauh. Lebih jauh dari jarak mal ke rumah loe. Kalo pun udah balik.
Dia pasti masih di jalan. “
“
Berarti dia bohong sama gw dong ya ?” Gumam Nadine lagi.
“
Udah gw bilang, dia itu cowok ga baik. Kuliah ga bener, ngedrugs... sekarang
selingkuh lagi. “
“
Dia udah ga ngedrugs lagi Der... Udah wisuda juga, 4 bulan yang lalu. “ Bela
Nadine
“
Tapi selingkuh ?”
“
Mungkin itu temennya.” Suara Nadine bergetar.
“
Kalo cuma temen, ga akan ada embel embel bohong Nadine. Anak psikolog harusnya
lebih tau itu. Daripada anak sipil macem gw.”
“
Nah itulah... gw masih ga ngerti kenapa dia bohongin gw. Gw toh ga akan marah
kalo dia jalan sama temennya. “
Bola
mata Derry melebar, Rasanya Derry pengen menggebuk belakang kepala Nadine untuk
kekonyolan pertanyaan barusan.
“
Berapa lama loe pacaran sama dia ?”
“
2 tahun.... kan loe tau.”
“
Berapa banyak pengorbanan loe buat dia? “
“ Itu perjuangan “Nadine terlihat jengah
“
Ngetikin skripsinya, nampung dia saat di usir dari rumah, bantuin dia pakai
drugs, Kasih dia uang, nyariin dia kerjaan, bantuin dia sewa apartemen. Itu
perjuangan menurut loe ? “ Nada suara Derry naik 1 oktaf.
“
Gw bantuin dia pakai drugs, biar dia bisa sembuh Derry. Kita kan udah bahas
ini. Kenapa di bahas lagi sih ?”
“
Karena loe ga juga sadar, Nadine !!! Bagus dia selingkuh gini. Jadi loe tau...
gw ga salah nilai dia.”
“
Belum tentu kan... dia selingkuh “ Tekanan suara Nadine seakan menjadi lebih
kuat.
“ Gandengan tangan, dan pelukan di tempat umum
dengan cewek lain, saat loe udah tunangan, Itu menurut gw udah masuk kategori
selingkuh. Kalo menurut loe... itu Cuma sebatas ‘TEMAN’ ya itu terserah loe ! “
Derry bangkit dari duduknya.
“
Der.... jangan marah gitu dong. Gw.. bukannya ga percaya sama loe. Der....
Heiiii “
Nadine
mencekal lengan Derry, mencegah cowok itu meninggalkan kamarnya.
“
Gw ga marah sama loe... gw iba sama loe. Cinta bisa bikin loe ga punya akal
sehat kayak gini. Nanti... kalo kadar inteligensi otak loe udah normal. Loe
baru boleh hubungin gw lagi.” Tegas suara Derry tak terbantah.
***
Senja
makin larut, kegelapan turun menyelimuti bumi. Membawa pekat yang bahkan tidak
mengijinkan satu titik cahaya pun muncul di langit. Nadine masih duduk di dekat
jendela.
Membagi
gelisah dengan kelopak Anthurium di
taman kecil samping kamarnya. Rambut lurus sepunggung nya yang masih setengah
kering dia biarkan tersampir lesu di sandaran kursi tempat dia duduk.
Tangan
kanan nya mengutak atik handphone, mengetikkan sesuatu dan menghapusnya lagi
pada detik kedua. Sudah beberapa menit dia melakukan itu. Sebelum akhirnya dia
mengetik lagi dan mendekatkan handphone itu ke telinganya.
“ Hallo... Dy... hallo... hei... are you there
? “ Panggil Nadine
Hanya
ada suara musik lirih bersahutan dengan bunyi klakson.
“
Pasti ga sengaja ke angkat lagi. Nanti aja sampai rumah aku telfon lah. “
Putusnya kemudian.
Sebelum
menekan tombol off iseng dia mendekatkan Handphone itu lagi ke telinganya.
“
Hihihi... kamu mau nya gimana “ Suara itu sayup sayup terdengar di telinga
Nadine. Suara cewek... yang rasanya tidak dia kenal.
“
Cium nya di bibir dong... koq cium di kening sih. Kayak anak SD yang lagi di
anterin masuk sekolah sama Mami nya aja.” Dan itu suara Aldy.
Degup
jantung Nadine serasa makin cepat dan makin kencang.
“
Masih untung di cium kening, daripada ga di cium sama sekali.”
Terdengar
jerit manja dan kikik geli mengiringi canda itu. Nadine menjauhkan ponsel itu
dari telinganya. Adegan adegan aneh hilir mudik di kepalanya, membuat Nadine
menggeleng berkali kali. Berharap dengan begitu... bayangan itu akan menghilang
dari sana.
***
“
Koq tumben sih kamu... ngajakin aku ke tempat beginian Bie, kenapa ? “
“
Ga apa apa... cuma pengen ngabisin waktu sama kamu aja.”
Sepiring
spagheti hangat dan beef steak yang asapnya masih mengepul. Terhidang di depan
mereka. Irisan pertama, satu suapan untuk Aldy, Sebelum dia mengiris satu
irisan lagi untuk dirinya sendiri.
“
Makan kayak anak kecil ah... belepotan gitu.” Tangan Aldy terulur. Mengusap
sisa saus steak yang meleleh di bibir Nadine. Pipi gadis itu merona merah.
Membuat Aldy mengulum senyum.
Selalu sepemalu
biasanya.
Saat
muncul di depan pintu apartemennya tadi, Nadine hampir membuat dia shock. Mini Dress
dengan aksen bunga bunga kecil berwarna pink. High heels bertumit tinggi, bibir
mungilnya di poles lipstik merah. Ranum seperti menantang untuk di kecup.
“
Cafe ini asyik ya... live stage nya musicnya juga enak. Ga berisik “
“
Iya... ada temen yang rekomendasiin tempat ini. Aku pikir sih kamu pasti suka
banget. “
“ Kamu tahu banget, selera aku kayak gimana.
Dan...kamu cantik banget malem ini. Bikin aku deg deg an. Berasa kayak first
date lagi.”
Nadine mengulas sebuah senyum tipis.
Tangan kanannya menyentuh jari manis tangan kirinya. Sesaat Aldy mengira. Itu
adalah kode betapa bahagianya Nadine pada ikatan yang Aldy berikan di tangan
kiri itu. Tapi ternyata gadis itu menarik lepas cincinnya dan meletakkanya di
tangan Aldy
“Sama aku juga deg deg an banget.
Takut sih... tapi senang juga bisa mengakhiri ini dengan begitu indah. Long
last ya sama dia Dy... “
Nadine yang sudah berdiri,
membungkuk sedikit untuk mengecup kening Aldy. Memegang pipinya dan menatap matanya
yang berkilat kebingungan.
“ Bye... Cheeky Chubby “
Setelah satu kecupan singkat di
bibir Aldy, Nadine memutar tubuhnya menjauhi meja. Melewati mobil mereka yang
di parkir di halaman dan langsung menuju jalan raya. Tempat Honda Jazz parkir
di pinggir restoran.
“ Nad.... “ Panggil Derry, tangannya
meraih tombol stereo mobil untuk mengecilkan suaranya.
“ Jalan Der...”
“ Loe yakin ? Itu Aldy ngejar di
belakang. “
“ Udah jalan aja... “ Suara Nadine
sudah mulai serak.
Derry memutar kunci mobil,
mengabaikan Aldy yang berusaha bicara pada Nadine di jendela mobil.
Baru 10 meter mobil menjauh dari
parkiran. Isak Nadine terdengar. Dia meringkuk mengangkat kaki nya memunggungi Derry.
Matanya terpaku pada spion kecil tempat bayangan Aldy berada.
“ Nangis aja Nad... biar lega.”
Lirih suara Derry.
“ Ini gw lagi nangis... emang loe
kira gw terisak isak gini saking senengnya ?” Celetuk Nadine bete.
Tawa Derry pecah... tangan nya
terulur menggebuk kepala Nadine dengan botol minuman mineral.
“ Aduuuhh..... sakit nyet. Loe ni
tega banget. Lagi patah hati ni gw !! ”
“ Ga apa apa... biar sekalian pala
loe yang patah.”
“ Sialan !!! “
“ Besok besok nyari pacar yang bener
! Oh iya... ada temen gw di kantor
ganteng deh. Baik lagi... besok gw kenalin. Dia pasti tipe loe banget.”
Nadine melotot pada Derry, hingga
matanya yang lebam keliatan lebih parah. Tangannya meraih tune tape mobil dan
menaikkan volume nya ke angka maksimal. Jomblo memang. Tapi ga sebegitu merana
nya juga kali dia. Sampai harus estafet nyari pacar lagi.
My
ex-man brought his new girlfriend
She's
like "Oh, my god!" but I'm just gonna shake.
And
to the fella over there with the hella good hair
Won't
you come on over, baby? We can shake, shake, shake
Taylor
Swift – Shake it Off
Begitu
mendengar lagu itu, sontak Derry memandang Nadine tepat ketika Nadine juga
memandangnya. Tawa seketika pecah berderai di antara mereka berdua.
“
Sialan ni Lagu... “ Celetuk Nadine si sela sela tawanya.
“Koq
bisa kebeneran banget, loe abis putus denger nya lagu beginian. Hahaha “
Nadine
menurunkan kaki nya, dan menyandarkan kepalanya di pundak Derry. Bahu cowok itu
terasa agak tegang sepersekian detik sebelum rileks seperti biasanya.
“
Benernya gw pengen banget nanya sama Aldy, siapa cewek itu dan kenapa dia
bohongin gw. Cuma gw takut denger alesan di balik kebohongan dia.”
“
Entahlah... kalo menurut gw sih. Mending begini aja. Ga perlu loe nanya... ga
perlu loe tau. Yang penting loe cukup tau aja Aldy kayak gimana. “
“
Hmfmh... yah... untung nya masih ada loe di samping gw, jadi gw ga kesepian
kesepian amat... hehehe... makasih yaaahhh Pak Derry yang ganteng. “
Tangan
Derry terulur, merengkuh bahu Nadine dan mengelus elus punggungnya.
“
Gw pasti akan selalu ada buat loe. Kan itu gunanya sahabat. Jangan sedih sedih
lagi oke... “ Bisik Derry
Nadine
cuma mengangguk. Dentuman lagu Taylor Swift masih mengalun di tape mobil.
Senja
sudah berganti malam... bintang bintang tampak bersinar seperti permata di atas
sana. Membuat Nadine entah kenapa mengulas sedikit senyuman.
Rasa
berat yang tadi menggelayuti dada Nadine. Entah kenapa menguap. Aldy mungkin
bisa menjelaskan dan berjanji untuk setia.
Tapi kepercayaan seperti kayu lapuk.
Sekali di lobangi... di tambal pun akan kelihatan. Dia bisa memaafkan Aldy.
Tapi tidak akan bisa menjalin hubungan dengan rasa yang sama lagi. Begini...
Pasti lebih baik.
#JemaahGalauPreposisi
No comments:
Post a Comment