JanganSedihJakarta

Suara klakson beradu nyaring dengan ketukan air hujan di atap mobil yang aku tumpangi.

Wajah kuyu driver kantor yang hari ini mengantarkanku dari kantor menuju Pasteur untuk kusambung lagi mengunakan travel. Menjadi pemandangan yg memprihatinkan.

Maaf ya.... Bapak yg baik hati. Terpaksa bertarung dengan kemacetan. Semoga Tuhan membalas kebaikan Bapak.

Bandung.... yang oleh sebagian orang di sebut sebagai surga liburan. Ternyata berbentuk seperti ini di akhir pekan.

Macet di hari biasa dan di tambah macet yang luar biasa di akhir pekan.

Entah tata kota nya yang kurang bagus atau entah kenapa...

Begitu banyak perempatan berlampu merah.

Jalur sempit berlajur dua arah...

Box tempat sampah melintang di pertengahan jalan menambah ruwetnya jalanan.

Jakartaku yang malang... rasanya bahkan lebih lega dari tempat ini.

Jakartaku yang malang... yg mendapat predikat kota termacet di dunia.

Jauh rasanya jika di bandingkan tempat ini.

Banyaknya mobillah yang membuat Jakartaku yang malang kelebihan muatan di jalan.

Tapi seruwet apapun jalanan di jakartaku yang malang.

Belum pernah selama ini aku temukan box tempat sampah di tengah jalan.

Jadi... Jakartaku... jangan rendah hati hanya karena mendapat predikat jelek semacam kota paling macet,

Setidaknya dua hari dalam sepekan. Aku masih bisa menikmati 100km/jam di perjalanan.

Dan itu benar2 luar biasa berkah.

I love Jekardah

Riri