Translate

Sunday, January 25, 2015

Satu Jam Lagi Saja !!!

“ Dia akan baik baik saja “
             Suara itu datang dari belakangku, tanpa mengalihkan pandanganku dari incubator pun aku tahu siapa dia. Mas Anand...  suamiku... ayah dari sekuntum Mawar mungil di depan sana. Malaikat kecil kami yang berbaring nyaman di box bayi. Kulit merah muda nya tampak rapuh.
Dia tidak akan bertahan lebih dari 1 minggu.
Itu yang di ucapkan Dokter kemarin. 3 jam setelah aku sadar. Pukulan berat bagiku. Yang baru saja merasakan euforia menjadi seorang Ibu.
“ Aku tahu dia akan baik baik saja, dia anak yang kuat “
“ Dan anak yang kuat juga butuh Bunda yang kuat “ Tangan Mas Anand merengkuh bahuku.
Aku kuat mas.., bahkan jika aku harus menahan keinginanku menyusuinya, menciumnya ataupun memeluknya. Asalkan dia tetap sehat... aku pasti akan selalu kuat.
Dia menyentuh pinggangku dan menuntunku kembali ke kamar. Kedua mertuaku sedang duduk di kursi samping ranjang. Bersama dengan Navia... adik iparku. Suasana mendadak sunyi saat aku masuk ke dalam.
 “ Kamu harus langsung urus pengobatan ke Singapore, Nand “ Suara tegas Ibu mertuaku, terdengar saat aku baru menghenyakkan pantat di ranjang.
“ Dokter di Singapore pun ga akan bisa bantu Ma... Anand sudah konsultasi. “
“ Ya tapi kan setidaknya kalian sudah berusaha. Anak itu ga bisa di biarin tumbuh dengan penyakit itu di tubuhnya. Kasian...  
Aku mendesah, percakapan ini sudah di ulang lebih dari 3 kali sejak aku membuka mata 2 hari yang lalu, dan sejak Alia ( putri kami ) menghirup kotornya udara dunia, 1 hari sebelumnya. Tidak ada jalan keluar yang di temukan dari percakapan yang ujungnya hanya perdebatan ini.
“ Nanti kalau sudah di rumah saja, di bahasnya. Yang penting dua dua nya pulih dulu”
Aku melayangkan tatapan terima kasih pada papa mertuaku atas ucapannya.
Que Sera Sera..
Whatever will be... just will be...
****
Suara tangisan Alia makin kencang, membuatku makin keras juga menggigit bibir bawahku. Tangan ku yang satu sibuk memainkan kecrekan di atas wajahnya. Dan tangan yang satu nya lagi sibuk mengibaskan kipas bambu di atas tubuhnya.
“ Sssttthhh.... Alia anak manis... jangan nangis dong, ni bunda kipasin ni... ga panas lagi kan ? ! “
Tetes demi tetes air mata berjatuhan, makin deras mengaliri pelupuk mataku. Bersaing dengan tetes air mata Alia yang mulai membasahi bantal Hello Kitty nya. Ketidak berdayaanku sampai ke titik terendah, Hari ini 30 hari setelah Alia di bawa pulang. Aku merasa inilah saat terberat dalam hidupku.
Aku menarik selimut, lalu perlahan melepaskan popok dan gurita yang membalut tubuh mungilnya. Tidak basah... tapi kenapa dia tidak mau diam.
 “ Kenapa Bun ?”
“ Alia... rewel... aku... Hallo... Yah ??”
Suara Mas Anand yang putus putus di telefon, bersahut sahutan dengan suara Alia yang menangis makin kencang di dalam.
“ Udah minum susu ?”
“ Sudah, Masih ga mau diem. “
“ Buka bajunya... mungkin kepanasan. “
“ Sudah !!!.... semua nya udah... tapi tetep ga mau diem. Ini harus gimana dong !!! “ Nada suaraku meninggi.
Aku kan ga bego bego amat.. kenapa sih... ngasih tau nya kayak ke awam banget.
“ Angkat pakai selimutnya, bawa ke dokter. Ayah telfon Navia biar jemput ke situ. Bunda jangan panik ya... bentar lagi Ayah pulang. Assalamualaikum “
Tuuuuttt.... sunyi... tanpa mendengar salam balikku. Mas Anand menutup telfonnya.
Menguatkan hati... Sepelan yang aku bisa... dan sebisa mungkin menghindari kontak dengan kulitnya. Aku menyelimuti tubuh mungil Alia yang berwarna kemerahan, dan mengangkatnya.
Jeritannya mereda, meski tangis tidak sepenuhnya hilang.
“ Jadi kamu cuma pengen bunda gendong ya... dasar manja !!! “
Aku mendekatkan wajahku, hidungku hampir menyentuh pipinya, sebelum aku berhenti, 1 cm dari wajah Alia. Mata bulat berwarna coklat yang dia warisi dari ayahnya. Tampak berbinar binar, seakan menunggu sentuhanku.
Senyum juga menghiasi bibir mungilnya yang kemerahan. Sisa sisa tangis itu hanya tinggal lelehan di pelupuk matanya.
Senyumku ikut merekah... senandung kecil aku dendangkan sambil mengayun ayun pelan tubuhnya. Tangan mungil Alia bergerak perlahan ke wajahnya.
“ Mbak... katanya mau ke dokter ?” Navia sudah muncul di ambang pintu kamar.
“ Ga usah... Alia nya udah diem.”
“ Lho... koq di gendong kayak gitu ? EB kan ga boleh di gendong... apalagi kena kulit.”
“ Tadi nangis... Mbak Gendong langsung diem. Ni liat... udah diem. Mbak ga sentuh dia koq. “
Navia tampak terperanjat melihat Alia, membuatku mengerutkan kening. Memangnya anak ku sebegitu jeleknya. Sampai dia harus pasang tampang seperti itu.
Alia masih sama manisnya dengan tadi... terlelap di pelukanku. Senyum bahkan menghiasi bibirnya.
Tuhan benar benar sempurna menciptakan dia... alis matanya yang tebal... kelopak matanya yang lentik. Bibir mungil merah jambu dan hidung... oh... hidung... Lho.. kenapa berdarah.
Melihat wajah panikku... Navia seperti baru saja mendapatkan kesadarannya.
“ Dokter... kita ke dokter “ Navia menyeretku berikut Alia di pelukanku menuju mobilnya.
Dan dengan cepat menginjak pedal gas... sampai sentakan ke belakang membuatku melirik lagi pada Alia. Hidungnya berdarah... pun kulit tangannya.
Beberapa bagian di sana melepuh seperti terkena luka bakar. Nafasku kembang kempis... ketukan di dadaku juga seperti nya makin pelan dari ritme nya yang biasa.
Ada apa dengannya... kenapa dia... aku tidak menyentuhnya kenapa dia bisa jadi begini.
Aku hanya menggendongnya... dengan selimut. Aku bahkan menahan keinginanku untuk menciumnya. Air mataku makin deras menetes lagi. Pun air mata Navia. Isakan kami bersahut sahutan dalam ketegangan.
Alia tidak lagi bergerak di pangkuanku.
Tuhaaaann.... Aku mohon.. Satu jam lagi saja... berikan aku kesempatan untuk bersamanya. Aku hanya ingin mematri lengkung bibirnya saat tersenyum di hatiku.
****
EPIDERMOLYSIS BULLOSA satu dari sekian penyakit langka di dunia. Yang hanya terjadi satu dalam satu juta kelahiran anak.  Kulit anak akan langsung melepuh saat bersentuhan dengan kulit.
Sentuhan Tangan Alia dengan hidungnya, membuat hidung itu berdarah. Pencernaan nya juga berhenti berfungsi, karena bakteri sudah masuk ke organ dalamnya.
Saat kami mencapai rumah sakit... semua sudah terlambat.
 “ Tidak apa apa... Alia jadi tabungan kita di syurga. “ Ucapan Mas Anand  Hanya seperti desau angin. Karena mendadak semua menjadi gelap gulita.



#KataSebuahNapas @KampusFiksi

No comments: