2 Tahun lalu.
Mataku nanar menatap
kursor yang dari tadi berkedip kedip di laptop kecilku. Tadi di jalan, ada
banyak sekali yang ingin aku tuliskan. Kenapa setelah sampai di rumah. Semua seakan
menguap dari batok kepalaku.
Dadaku
berdebar debar, cemas tak bertuan. Ku lafalkan Astaqfirullah beberapa kali. Untuk
menenangkan perasaanku. Tapi tak juga debar itu hilang.
Tuhan... ada apa. Firasat apa ini?
Tring...
Tring
Notifikasi
BBM, dari Mbak Eni. Istri kakak sepupuku yang suka mengajakku bercanda di jam
jam segini. Aku meliriknya sekilas. Berniat mengabaikannya...
Asih... Mening....
Apaan
Asih mening, tanyaku dalam hati. Ku ketikkan kode sandi pembuka handphoneku.
Asih
meninggal, habis lahiran. Anaknya selamat. Tapi ibu nya ga ketolong.
Wah becanda lagi ni kakak sepupuku
“
Jangan becanda gitu dong, Mbak !” Ketikku di pesan BBM.
“
Orang beneran, di bilang becanda. Coba telfon Ibu mu sana.” Balasnya di sertai
emot sedih.
Aku
mencari nama adik ku, Arin. Dan menanyakan soal kabar ini padanya. Jawaban Arin, Nafasku seakan berhenti saat aku membacanya. Mengulangnya beberapa kali, berharap kalau ku baca terus terusan. Pesan ini akan berubah
bunyinya.
Tapi
tidak, bunyi pesan ini masih sama.
Tuhan
mengambilnya, dariku... satu satunya sahabat yang ku miliki.
Yang
tidak akan marah, sekasar apapun perkataanku padanya saat kami bertengkar.
Airmataku
menetes, perlahan dan makin cepat. lalu berubah jadi isak tertahan. Allah...
Ampuni kesalahannya. Tempatkan dia sisi terbaikmu. Bisikku berkali kali dalam
hati.
9 Maret 2015
Gembar gembor hari musik nasional,
dari pagi hari ini. Radio yang aku dengarkan penuh dengan nuansa 90an. Membuatku
berdendang sepanjang jalan. Mengabaikan pengguna jalan lain yang mungkin
berfikir. Betapa konyolnya kelakuanku.
Sampai
kantorpun, dengan niat mengenang masa lalu.... radio itu ku ketikkan di link
streaming. Membuat hampir seisi kantor yang isinya memang manusia manusia tahun
80 an. ikut berdendang seharian.
“
Wah... gini aja terus ni... selamanya radionya. “ Seruku Happy. Di amini teman
teman satu kantorku yang lain.
Keceriaan
itu masih terbawa sampai di perjalanan pulang, lagu bunga terakhir milik Bebi
Romeo di mainkan.
Ah...
lagu kenangan waktu putus. Dengan Asih... waktu di kost an. Nyanyi nyanyi ini
sampai malem. Saling menertawakan kesialan masing masing, karena aku dan dia sama sama putus cinta. Dia putus
dengan Sam, aku putus dengan Kak Ilham. Betapa kebetulannya dulu kami pacaran,
putusnya selalu barengan. Jadi galaunya bisa sama sama....
Aku
tarik handphoneku. Dan ku ganti channel radio yang aku putar. Aku tidak akan
menangisimu lagi teman. Kamu sudah tenang di atas sana.
10 Maret 2015
“
Jadi... kalau kamu punya sahabat yang kamu sayang banget, coba mention nama
sahabatmu itu. dan katakan sama dia... betapa kamu sangat menghargai
persahabatan kalian. “ Suara Aldy mengalun di earphone yang aku pakai.
“
Yap... sahabat ya, sahabat itu artinya. Orang yang dekat denganmu. Lebih dari 7
tahun. Itu baru namanya sahabat.” Timpal Derry
Duo
penyiar kocak HitzFm. Aku sudah meminggirkan motorku untuk ikut ikut ngeramein
tab mention, soal sahabat ini. Tapi tanganku berhenti saat sudah mengetikkan kata pertama.
Siapa
yang akan aku mention? Pikir ku dalam hati. Sahabatku di atas sana... mention
di twitter, apa nyampe ?
Sahabat
yang mana yang akan aku mention kalau bukan di atas sana. Tidak ada nama lain yang masuk ke pikiranku. Aku
mengantongi lagi handphoneku.
Selain Asih, apa aku punya sahabat yang lain. Rasanya tidak. aku punya banyak teman, yang akan mendengarkan curhatku kalau aku butuh. Yang bisa di ajak jalan kalau aku pengen di temenin jalan.
Baru sekarang, aku menyadari. Aku sama sekali tidak punya sahabat. Setelah sahabat yang selama 24 tahun ini ku miliki. Di ambil dariku. Aih sedihnya.... gumamku dalam hati. Ah tidak tidak tidak... hidup... apapun itu... harus bersyukur. Ayo ceria lagi... ceria lagi...
Berusaha membuat ceria diriku sendiri dengan ikut menyanyikan lagu Love Me Like You Do, yang sedang di putar di playlist HitzFm. Meski aku menaydari itu tidak ada gunanya.
Selain Asih, apa aku punya sahabat yang lain. Rasanya tidak. aku punya banyak teman, yang akan mendengarkan curhatku kalau aku butuh. Yang bisa di ajak jalan kalau aku pengen di temenin jalan.
Baru sekarang, aku menyadari. Aku sama sekali tidak punya sahabat. Setelah sahabat yang selama 24 tahun ini ku miliki. Di ambil dariku. Aih sedihnya.... gumamku dalam hati. Ah tidak tidak tidak... hidup... apapun itu... harus bersyukur. Ayo ceria lagi... ceria lagi...
Berusaha membuat ceria diriku sendiri dengan ikut menyanyikan lagu Love Me Like You Do, yang sedang di putar di playlist HitzFm. Meski aku menaydari itu tidak ada gunanya.
Mulutku
berdendang, tapi hatiku hampa... Ah... aku mengingatnya lagi... Tidak Ri..
jangan di ingat, nanti nangis lagi.
Sampai
kantor, sepi... belum ada yang datang. Aku butuh siapapun untuk menemaniku
ngobrol, saat ini.
“
Car... kamu lagi sibuk ?” ketikku di Line.
“
Ga gitu, kenapa ?”
“
Aku lagi bete banget, cheers me up !”
“
Bentar ya Ta, aku ada kerjaan dikit.”
Aku
merepet, jengkel ! rasanya pengen marah sama dia, yang ga bisa ngertiin aku
banget. Emang dia ga tau. Kalau aku lagi butuh banget temen ngomong. Ku tarik
nafas panjang berulang kali. Dasar pacar ga peka.
Bukan salah dia, Ri... Bukan salah dia...
kamu bete karena mengingat kenangan lama. Kenapa jadi pacar yang sibuk kerja
yang kamu betein.
Aku menyerah,
menenggelamkan kepalaku dalam lipatan lengan di meja. Dan mulai menangis
sesenggukan. Tuhan melarang kita menangisi orang yang sudah dia panggil. Tapi apa
dayaku kalau aku kangen dan ga bisa nahan.
Semua masalah di
pundakku, kalau aku curhat padanya. Aku pasti akan di tertawakan lagi.
Rasanya
menyenangkan di tertawakan karena kesalahan yang kita buat. Dan bukannya di kasih
saran harus begini dan begitu.
Asih... Kangen banget sama kamu. )::::::
*****
Aku menulis, karena itu caraku.
Untuk bisa dekat. Dengan orang yang tidak bisa lagi ku dekati.
In Memoriam My BFS Forever
Semoga Allah menjagamu di sampingnya Kawan.
# RIP – Bondan Feat Fade 2 Black.
Base on true Story yang di tambahi gula dan garam. biar sedikit berasa.
No comments:
Post a Comment