Translate

Tuesday, September 4, 2012

Sad Story



Sad Story
( One Direction – Title : Moments – Album : Up All Night )

“ yank… Jangan lupa beliin soto ayam di deket tikungan sebelum kantor itu ya… “  
Keningku berkerut membaca sms ini. Berkerut karena ini bukan HP ku, ini HP Iyan… pacarku. dan seingatku aku tidak pernah panggil nama dia dengan sebutan Yank.. dan aku tidak pernah minta beli soto ayam. Tidak juga mengirimkan sms jenis begini padanya.
Karena… dia ada di sini. Di rumahku… menjemputku ke rumah. Untuk mengantarku berangkat kerja.  Jadi… sms siapa ini. apa ini akal akalannya untuk membuatku cemburu.
Sudah beberapa hari ini dia mengeluhkan kenapa aku tidak pernah marah marah dan cemburu kalo dia dekat dengan siapapun. Padahal… bukannya bagus kalo aku ga cemburu. Tandanya aku percaya sama dia. Dan memang aku percaya sama dia.
Memang baru tiga bulan kami pacaran. Tapi kami dekat sudah hampir satu tahun. Dia sahabat mantan pacarku. mantan yang mentah2 membohongiku dan berselingkuh di belakangku. Iyan yang ada di sampingku waktu itu. Dia yang menenangkanku.. menawarkan bahu yang bisa ku pakai bersandar.  Menawarkan hati yang bisa ku pegang. Sekilas mungkin orang menyangka dia adalah pelarian ku. Iyan pun kadang mulai merasa seperti itu kalo sudah mulai aksi protesnya tentang ke kalemanku menghadapi kedekatannya dengan perempuan lain.

“kamu ga pernah marah, karena kamu ga benar – benar cinta sama aku”

Selalu seperti itu tuduhannya. Kalau sudah begitu biasanya dia akan absen datang ke rumah, absen sms absent tl. 1 hari penuh dan ga pernah lebih dari satu hari, karena aku sendiri tidak pernah merengek rengek padanya dan menjelaskan kenapa aku tidak begini dan kenapa aku tidak begitu.
Dulu sekali aku pernah mengatakan alasanku padanya. Betapa aku menyayanginya dan mempercayai dia sepenuh hati. Aku tau dia tidak akan melukai ku. Jadi tak penting bagiku dia mau dekat dengan perempuan manapun. Aku tau Cuma ada aku… satu dan hanya aku ( terlalu pede mungkin, tapi aku cukup yakin dengan yang ku rasakan )
Tapi … sms ini… ku buka detail nomer pengirimnya. Nomer yang ku kenal. Ini nomer Mia.. temen satu kost nya yang juga temen satu kantornya. Kantor iyan mempunyai aturan ketat yang melarang sesame karyawannya menjalin hubungan.  Mia… aku terbayang gadis kecil mungil yang umurnya beda 3 tahun dariku. Cewek yang sudah ku anggap adikku sendiri. Cewek yang dekat denganku dan dekat juga dengan iyan. Mia yang jadi mak comblang kami dulu. aku tersenyum dalam hati. Akal akalannya.

“Yan… lama banget sih ah. Buruan telat ni… nanti “

Iyan keluar dari rumah, membetulkan resleting jaketnya dan memamerkan senyum tipis nya padaku.

“ sabar ateuh ah… baru juga jam 7. Aku sakit perut.  Gara gara kamu ni semalem ngajakin makan bakso setan “

“ dih… koq aku.. kan kamu yang ngajak. kamu juga yang makan. Aku .. kan ga makan apa2. Makanya kalo cacing di perut lagi pada ga sehat.. jangan sok sok an makan yang pedes2. “

“ sebagai istri yang baik… harusnya ngingetin dunk . udah ayo berangkat…  sini pakai helm nya. “

“ istri… nikah aja belom, istri “

celetukku… tangan ku sibuk memakai jaket dan mengancingkan resletingnya. Tangan iyan menarik tubuhku ke depannya. Sesaat ku pikir dia akan memelukku. Aku sudah reflek ingin mendorong tubuhnya menjauh. Ini kost2 an… bisa di cabut izin bertamu nya kalau dia sampe memeluk ku di depan rumah begini.

“ sana ah… jangan peluk2, malu tauk “

“ dih… pede.. orang mau di pakaiin helm di bilang meluk. Ngarep ya? “

Aku memberengut kesal, malu sebenernya… iyan tertawa sambil merapikan rambutku. Selintas terbayang sms yang tadi ku baca. Ku tanyakan kah? Atau tidak… apa cowok yang sebegini perhatiannya padaku, bisa mengkhianatiku. Atau ini hanya keputus asaannya saja… mengharapkan rengekan manjaku yang meminta dia tidak selingkuh.
Selama ini dia selalu membahagiakanku. Membuatku tertawa… menuruti semua yang ku inginkan. Apa jika hanya sekedar  berpura pura marah karena melihat sms mesra di hp nya saja aku tidak bisa. Aku menarik nafas dan memutuskan aku akan berpura pura marah. Aku ini jago acting. Pasti tidak sulit melakukannya.

“tadi  istri muda kamu sms… dia minta di beliin soto ayam, ngidam kali ya. Udah berapa bulan? “

Tangan iyan yang masih memasang kaitan helm terhenti. Reflek aku menatap matanya. Yang berkilat aneh… keningku berkerut sejenak. Reaksi apa ini… bukannya harusnya kalau itu hanya akal akalan. Dia akan nyengir menatapku sekarang. Tapi… matanya… apa ini.

“ istri muda apaan sih” sanggahnya

Dan seperti menyadari tatapanku yang terarah ke matanya. Dia melempar sebuah cengiran kepadaku. Cengiran yang menurutku menjadi tambah aneh, karena matanya yang berputar salah tingkah.
Aku mundur dan menarik tali helm ku. Untuk ku kaitkan sendiri.  Apa ini reaksi yang wajar. Atau kenapa dia seperti orang yang merasa bersalah. Hanya perasaanku kah? Detik rasanya berlalu sangat pelan…. Karena begitu pelannya iyan berjalan ke motor dan begitu pelan juga aku mengikutinya. kalau punya kamera dan aku menjepretnya beruntun dan tetap akan ku dapati gambar yang bagus meski dengan objek yang bergerak sekalipun.
Kami membisu sepanjang perjalanan. Seumur hidup kedekatan kami. Aku tidak pernah merasa se canggung ini. tidak pernah merasa se aneh ini. dia juga tidak pernah se diam ini. ku kencangkan pelukanku dan ku sandarkan kepalaku di punggungnya. Entah kenapa tiba – tiba aku merasa takut kehilangan. Ada yang tidak beres dengannya. Intuisiku mengatakan begitu.
            30 menit perjalanan ke kantorku rasanya berlalu secepat bernafas. Masih sunyi bahkan saat iyan turun dari motornya lalu melepaskan kait helm yang sudah ku raba
           
            “ what happen with you ? “ tanyaku akhirnya… aku tidak tahan jika harus diam seperti ini.
Iyan menatapku dan tersenyum miris.

            “ I’m okay … memang kelihatannya nya aku kenapa?”
           
“ I don’t know… I think… I felt something strange today “
           
“ get into your office, quickly. And wait me this afternoon. I will pick you again. And we would have a dinner “
Sebuah kecupan hangat dia berikan di keningku.
           
 Promise, you’ll never leave me alone “

Kenapa aku harus ngomong seperti ini. entahlah aku juga tidak tau. Kata kata alone itu tiba tiba terucap begitu saja.

            “ I promise… sweetheart, I promise “ lirih ucapan itu dia bisikkan di telingaku.
Aku tersenyum dan mencium pipi nya sebelum masuk ke kantor.
Dinner , owh… aku akan mengejutkannya malam ini. berharap semua akan berlangsung menyenangkan hari ini. maka saat istirahat makan siang aku menyempatkan diri ke mall dekat kantor. Aku akan beli gaun. Selama ini aku jarang pakai gaun kalo pergi dengannya. Dia sudah berkali kali memintaku memakai gaun kalo pergi dengannya, agar aku kelihatan feminim tapi aku menolak mentah mentah permintaannya. Malam ini aku akan pakai gaun. Mengapa aku pilih malam ini memenuhi keinginannya melihatku pakai gaun. Entahlah aku sendiri pun tidak tau.
Pukul lima kurang 10 menit. Meja ku sudah ku bereskan dari semua macam jenis pekerjaan.

“ kamu sudah pulang? Kalo udah sampe depan kantor. Tunggu aku di depan ya… nanti aku turun”

Sms itu ku kirimkan. Sepi tanpa balasan. Mungkin dia sedang di jalan. Lebih baik aku siap siap sekarang. Mumpung dia belum sampai sini.

“ this night would be a special date “ ucapku pada cermin kamar mandi.

Aku berkreasi singkat dengan semua peralatan make up yang biasanya Cuma ku gunakan saat aku akan ke pesta. Gaun merah marun ini sempurna menonjolkan warna kulitku yang gelap. Ku bubuhkan pelembab bibir dan sempurna.
Aku berputar sekali di depan cermin. Aku tersenyum senyum sendiri menertawakan kelakuanku yang norak.  Aku dan dia sudah lama pacaran. Dan baru kali ini aku bersikap norak seperti ini. aku berlari lari kecil di parkiran. Berharap mendapatkan cengirannya di depan pintu gerbang kantor.

“ whaaa…. Mbak Rei, tumben pakai hak tinggi “ goda pak satpam di depan kantor

“ mau mangkal dulu pak no… mau ikut engga “ celetukku bercanda.

Pak Ratno satpam kantor itu tertawa ngakak. Aku memang manusia paling masa bodoh di kantor ini. bisa di hitung dengan jari berapa kali aku pakai gaun dan sepatu macam begini. Setiap hari pakaian ku Cuma kaos – kemeja – jeans – jaket – sepatu kets.
Mataku celingak celinguk di gerbang. Iyan belum datang. Jam 05.15 kemana dia. Dia pulang kantor jam 16.30 harusnya dia sudah sampe di sini sekarang. Apa dia ada lembur dadakan.

“ lagi di mana… aku sudah di depan gerbang kantor. Kamu belum pulang kantor ya? “
Sms ku sepi… tanpa balasan. Ku telf HP nya. nyambung tapi tidak di angkat. Dia tidak biasanya telat tanpa bilang apa apa kayak gini. Apa terjadi sesuatu… selintas pikiran buruk tentang kecelakaan demi kecelakaan mengganggu otakku. Ku dial telefon kantornya.

“ halo… security “ jawaban di seberang.

“ ehm… pak.. tau rayyan… yang anak finance. Dia sudah pulang belum ya”

“ mas Rayyan… sudah kayaknya tadi “

“ jam berapa pak? “

Owh… bodohnya aku… kenapa ku tanyakan seperti ini pada seorang security. Dia kan ga mungkin perhatiin orang satu demi satu.

“ jam bubaran kerja tadi mbak… setengah lima “

“ owh… oke… makasih ya “

Kemana dulu dia… sudah setengah enam sore. Iyan tidak pernah terlambat selama ini. ku tekan nomer tlf rumahnya. Adiknya yang angkat dan dia bilang iyan belum sampe di rumah.
Ya Tuhan… ada apa ini.

“ angkat telfonnya “

Lirih aku bicara, kaki ku sudah terasa pegal ku pakai mondar mandir ke sana ke mari. Muka ku berkeringat. Owh… dandananku… biarlah kamu ku cuekin dulu. Pemilik hatiku lebih penting untuk ku pikirkan.
Dua jam setengah. Aku menunggu… dan dia masih belum ada kabar juga. Aku telfon ke rumahnya masih belum ada jawaban. Telfon hp nya juga masih tetap ga di angkat.
Mataku basah. Maskaraku pasti berantakan. Owh… I don’t care… tapi aku harus pulang. Tidak mungkin aku menangis malam  malam di halte depan kantor ini tanpa di sangka perempuan yang sedang mangkal. Ku stop angkot yang lewat depan kost ku. Biasanya aku jarang naik angkot. Tapi aku tidak mungkin naik taksi dalam ke adaan begini. Di taksi Cuma ada aku dan sopir taksi nya. aku tidak mau keadaanku yang berantakan ini jadi bahan gosipnya kelak. Sampe depan kost tanpa menyapa anak anak kost yang lain aku jalan cepat ke kamar.

“ ciyeee… Reisha… habis kencan, pakai high heels “ goda salah satu teman kost ku. Aku Cuma tertawa garing sebelum menutup pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

Panik ku keluarkan hp ku. Masih belum ada balasan sms. Ku tlf berkali kali masih tetap ga di angkat. Aku tenggelam dalam bantal menutup mukaku dan menangis sejadi jadinya. Aku panic. Aku takut dia kenapa napa… dan aku ga bisa ngapa – ngapain. Aku tidak mungkin datang ke rumahnya untuk mencari kabar tentang dia. Ayah dan ibu nya tidak pernah baik padaku. Mereka tidak menentang hubungan kami. Tapi mereka juga belum memberikan restu, karena itu aku jarang ke rumahnya.

“ kamu di mana… jawab dunk, aku panic mikirin kamu “
Sms ku yang lain, dan masih tanpa balasan. Aku gelisah… air mataku masih mengalir. Aku bolak balik melongok ke jendela berharap dia tiba tiba muncul dan mengejutkanku. Kamarku letaknya di lantai satu dan dekat gerbang serta jalan raya. Jadi dari jendela aku bisa melihat siapa yang datang dan siapa yang pergi. Tapi dia masih juga tidak kelihatan. Tlf ku berkali kali pun belum ada respon.
Kelelahan akhirnya aku ketiduran, masih dengan pakaian lengkap. Masih dengan muka penuh coret coretan riasan.
Hpku bergetar… aku kaget dan reflek melihat jam. Sudah jam satu pagi.
Berharap mendapatkan kabar darinya aku buru buru membuka hp ku.
“ kak iyan udah tidur, dia kecapekan jangan di ganggu telfon telfon mulu. Sesorean capek muter muter nyari cincin tunangan. Dan besok kami masih harus bangun pagi pagi untuk persiapan pesta pertunangan. Jadi kamu jangan ganggu kami lagi. Tadi nya aku mau undang kamu. Tapi karena kami tunangan di rumahku di bogor. Jadi lebih baik kamu ga usah dating. Soalnya terlalu jauh. Kasian kamu sendirian “ 
Itu sms dari nomer mia, panjang sepanjang rel kereta api. Seratus persen aku langsung bangun. Tunangan… iyan… dan mia…. Lelucon apa ini. Kalau ini salah satu lelucon mereka berdua lagi. Ini sama sekali ga lucu. Ku speed dial lagi nomer iyan. Di angkat pada dua kali deringan.

“ kan udah di bilang jangan ganggu, kak iyan udah tidur. Gatel banget sih jadi cewek “

Gatel… aku ini pacarnya, ngomong apa ni orang. Gerutuku bingung
sebelum aku menjawab telfon sudah di putus. Aku speed dial sekali lagi. Di reject.. ku ulang yang ketiga

“ the number you are calling is busy or out of public area “

Hp nya di matiin. Kenapa… hp nya yang bawa mia. Kenapa yang jawab mia dan lelucon tunangan macam apa itu.
Sampe ayam berkokok mataku tidak sanggup ku pejamkan lagi. Jam lima pagi aku mandi dan memutuskan untuk pergi ke bogor saat itu juga. Ku panasi si putih kesayanganku yang selama ini lebih sering nangkring di garasi kost dari pada ku pakai kemana mana. Aku tidak akan ke bogor naik motor. Aku tidak tau jalan… aku Cuma tau stasiun. Aku akan ke rumah mia naik taksi dari stasiun bogor. Aku pernah sekali ke sana waktu jenguk mia sakit. Aku mungkin masih ingat jalannya.
Sebenernya kenapa aku memutuskan pergi ke bogor ini, aku sendiri pun tidak tau. Aku Cuma ingin ke sana. Ingin ku pastikan sendiri. Rayyan ku tidak apa apa. Soal kata tunangan tadi malem. Sama sekali sudah tidak ku pikirkan lagi. Iyan mungkin Cuma nganterin mia yang sakit dan dia kecapekan lalu ketiduran. Setelah 1.5 Jam naik kereta dan 20 menit nyasar nyasar naik taksi. Akhirnya aku sampe juga di depan rumah mia. Jam 8 pagi aku sampe di sana. Aku turun di gang dekat rumah dia, bimbang antara langsung masuk atau pulang lagi.
Masih sepagi ini. aku pasti sudah gila tadi, bagaimana kalo iyan sama mia udah balik ke Jakarta tadi pagi. Dan mereka sudah di kantor sekarang. Dan iyan di depan rumah ku. Nungguin untuk jemput aku seperti biasa.
“ apa ku telfon iyan dulu aja “
Bimbang aku duduk di kursi kayu sebuah warung rokok yang belum buka. Aku masih bimbang. Ibu ibu berdaster mondar mandir di depanku khas kesibukan pagi di sebuah kampung kecil.
“ emang ga pakai catering?”
Percakapan mereka sambil lalu terdengar di kupingku
“ pakai sih… tapi Cuma catering biasa, soalnya kan kata bu dian… itu anaknya baru tunangan “
Dheggg… siapa bu dian, siapa yang tunangan… kenapa mereka berjalan ke arah rumah ujung. Rumah di ujung gang itu kan rumah mia. Apa kakak nya mia yang tunangan? Seinget aku mia punya kakak laki laki yang masih single juga. Otakku berfikir keras merangkai semua kemungkinan.
“ owh…. Aku harus ke rumah nya “
Putusku akhirnya. Meski berat langkahku ku bawa juga pelan pelan. Sesenti demi sesenti sampe ketemu rumah pager hijau di ujung gang. Rumah itu tidak seperti pertama saat aku ke sana. Dulu rumahnya agak berantakan. Rumput di depan rumah tumbuh tinggi, mungkin karena tidak ada yang urus. Ibu nya sibuk kerja… sedangkan bapaknya sudah meninggal. Tapi hari ini rumah nya tampak bersih. Bahkan rapi.
Aku melangkah pelan pelan di halaman rumahnya. Kalo ternyata ini hari tunangan kakaknya mia. Aku akan bohong kalo lagi ke bogor untuk ketemu client, meeting tapi kepagian. Makanya aku mampir. Sekalian kasih selamat untuk kakaknya mia. Dari jauh aku lihat bapak dan ibu nya Iyan duduk di beranda samping. Untuk apa orang tua iyan di sini. Mia memang deket sama keluarga iyan dan sudah di anggap anak sendiri kata iyan. Tapi apa keluarga iyan juga deket dengan kakak nya mia. Dadaku berdetak makin cepat. Tuhan… jangan biarkan pikiran buruk di otakku ini terjadi, jangan… jangan…
Mereka yang di teras samping belum menyadai kedatanganku, karena di depan mereka sekarang berdiri cewek dan cowok yang ikut pembicaraan dengan akrab. Pasangan itu tampaknya baru keluar dari rumah induk dan langsung ikut ngobrol di sana. Aku tertegun… kaki ku berat ku pakai melangkah atau pun ku pakai mundur.
Aku menatapnya di sana, tertawa riang… cowok yang tadi malam ku khawatirkan setengah mati. Laki laki yang semalaman ku tangisi Ada di sini.. sehat wal afiat… harusnya aku senang dia tidak apa apa. Tapi aku tidak bisa senang. Melihat keakraban mereka dan melihat matahariku melingkarkan tangan di pundak cewek itu. Aku tau seketika tanpa harus di kasih tau, sms tadi malam itu bukan lelucon. It’s real… kapan mereka mulai berselingkuh… kenapa tiba tiba begini. Atau sebenarnya mereka pacaran sudah lama, dan aku ini yang jadi selingkuhan. Owh… aku tidak suka di sini… aku ingin pulang.
Aku tidak bisa melihat ini. biarlah aku tenggelam di kasur kamar dan menghapus kejadian ini dari otakku. Aku akan berpura pura tidak ada kejadian ini. aku akan berpura pura… aku pandai berpura pura…Air mata sudah berlomba untuk berlopatan di pelupuk mataku. Bendunganku pecah saat tiba di pintu pagar rumah mia. Ini sakit…. Kedua kali nya aku di perlakukan seperti ini. dan aku tidak kuat menahannya.
Sampai di ujung gang… aku berhentikan taksi yang pertama ku lihat. Tidak lagi ku perdulikan sopir taksi yang kaget mendengar tujuanku. Taksi bogor – jkt… biarlah bayar mahal yang penting aku tidak merasa malu meratap ratap di kereta yang bejibun orangnya.
Betapa besarnya sebenarnya keinginanku untuk menyapa mereka tadi, harusnya aku  menyapa mereka… mengatakan “selamat” dan bukannya lari seperti pengecut seperti ini. tapi hatiku rasanya sudah tidak sanggup ku pakai merasakan lagi. Owh… aku pasti akan mati rasa nanti nya. Berapa kali sudah iyan mengeluh soal aku yang tidak pernah merasa cemburu… berapa kali sudah dia mengeluh tentang aku yang hanya menjadikan dia pelarian…. Nyatanya aku yang hanya persinggahan.
“lihat aku…. kamu mungkin akan jingkrak jingkrak kegirangan… kalau tahu akhirnya aku menangis untuk kamu. Atau…. Mungkin kamu akan merasa sangat bersalah.. karena air mata ini untuk kamu. Air mata yang jatuh karena kamu”
Jika yang kamu butuhkan hanya sekedar kepuasan karena aku mengatakan aku mencintai kamu, maka setiap hari pun aku akan mengatakan itu. Mengatakannya saat kamu masih di sampingku.

I wanna be with you
I wanna feel your love
I wanna lay beside you

You know I’ll be
Your life
Your voice
Your reason to be
My love
My heart
Is breathing for this
Moment
In time
I’ll find the words to say
Before you leave me today



*** my true story.... still crying when i remember about this ***

2 comments:

Unknown said...

wew hanya bisa terdiam membaca nya..

setiap manusia pasti pernah kehilangan karena itulah hidup ada yg datang ada yang pergi..

meratap bukan jalan keluar
memendam bukan alasan..yg pasti
matahari pasti bersinar untuk esok

Unknown said...

Yah... Matahari nya sih masih bersinar, cuma ya... ketutupan mendung... jadi weh... gelaaaapppp