Sad Story
( One Direction – Title : Moments –
Album : Up All Night )
“ yank… Jangan lupa beliin
soto ayam di deket tikungan sebelum kantor itu ya… “
Keningku
berkerut membaca sms ini. Berkerut karena ini bukan HP ku, ini HP Iyan…
pacarku. dan seingatku aku tidak pernah panggil nama dia dengan sebutan Yank..
dan aku tidak pernah minta beli soto ayam. Tidak juga mengirimkan sms jenis
begini padanya.
Karena…
dia ada di sini. Di rumahku… menjemputku ke rumah. Untuk mengantarku berangkat
kerja. Jadi… sms siapa ini. apa ini akal
akalannya untuk membuatku cemburu.
Sudah
beberapa hari ini dia mengeluhkan kenapa aku tidak pernah marah marah dan
cemburu kalo dia dekat dengan siapapun. Padahal… bukannya bagus kalo aku ga
cemburu. Tandanya aku percaya sama dia. Dan memang aku percaya sama dia.
Memang
baru tiga bulan kami pacaran. Tapi kami dekat sudah hampir satu tahun. Dia
sahabat mantan pacarku. mantan yang mentah2 membohongiku dan berselingkuh di
belakangku. Iyan yang ada di sampingku waktu itu. Dia yang menenangkanku..
menawarkan bahu yang bisa ku pakai bersandar.
Menawarkan hati yang bisa ku pegang. Sekilas mungkin orang menyangka dia
adalah pelarian ku. Iyan pun kadang mulai merasa seperti itu kalo sudah mulai
aksi protesnya tentang ke kalemanku menghadapi kedekatannya dengan perempuan
lain.
“kamu
ga pernah marah, karena kamu ga benar – benar cinta sama aku”
Selalu
seperti itu tuduhannya. Kalau sudah begitu biasanya dia akan absen datang ke
rumah, absen sms absent tl. 1 hari penuh dan ga pernah lebih dari satu hari,
karena aku sendiri tidak pernah merengek rengek padanya dan menjelaskan kenapa
aku tidak begini dan kenapa aku tidak begitu.
Dulu
sekali aku pernah mengatakan alasanku padanya. Betapa aku menyayanginya dan
mempercayai dia sepenuh hati. Aku tau dia tidak akan melukai ku. Jadi tak
penting bagiku dia mau dekat dengan perempuan manapun. Aku tau Cuma ada aku…
satu dan hanya aku ( terlalu pede mungkin, tapi aku cukup yakin dengan yang ku
rasakan )
Tapi
… sms ini… ku buka detail nomer pengirimnya. Nomer yang ku kenal. Ini nomer
Mia.. temen satu kost nya yang juga temen satu kantornya. Kantor iyan mempunyai
aturan ketat yang melarang sesame karyawannya menjalin hubungan. Mia… aku terbayang gadis kecil mungil yang
umurnya beda 3 tahun dariku. Cewek yang sudah ku anggap adikku sendiri. Cewek
yang dekat denganku dan dekat juga dengan iyan. Mia yang jadi mak comblang kami
dulu. aku tersenyum dalam hati. Akal akalannya.
“Yan…
lama banget sih ah. Buruan telat ni… nanti “
Iyan
keluar dari rumah, membetulkan resleting jaketnya dan memamerkan senyum tipis
nya padaku.
“
sabar ateuh ah… baru juga jam 7. Aku sakit perut. Gara gara kamu ni semalem ngajakin makan
bakso setan “
“
dih… koq aku.. kan kamu yang ngajak. kamu juga yang makan. Aku .. kan ga makan
apa2. Makanya kalo cacing di perut lagi pada ga sehat.. jangan sok sok an makan
yang pedes2. “
“
sebagai istri yang baik… harusnya ngingetin dunk . udah ayo berangkat… sini pakai helm nya. “
“
istri… nikah aja belom, istri “
celetukku…
tangan ku sibuk memakai jaket dan mengancingkan resletingnya. Tangan iyan
menarik tubuhku ke depannya. Sesaat ku pikir dia akan memelukku. Aku sudah
reflek ingin mendorong tubuhnya menjauh. Ini kost2 an… bisa di cabut izin
bertamu nya kalau dia sampe memeluk ku di depan rumah begini.
“
sana ah… jangan peluk2, malu tauk “
“
dih… pede.. orang mau di pakaiin helm di bilang meluk. Ngarep ya? “
Aku
memberengut kesal, malu sebenernya… iyan tertawa sambil merapikan rambutku.
Selintas terbayang sms yang tadi ku baca. Ku tanyakan kah? Atau tidak… apa
cowok yang sebegini perhatiannya padaku, bisa mengkhianatiku. Atau ini hanya
keputus asaannya saja… mengharapkan rengekan manjaku yang meminta dia tidak
selingkuh.
Selama
ini dia selalu membahagiakanku. Membuatku tertawa… menuruti semua yang ku
inginkan. Apa jika hanya sekedar berpura
pura marah karena melihat sms mesra di hp nya saja aku tidak bisa. Aku menarik
nafas dan memutuskan aku akan berpura pura marah. Aku ini jago acting. Pasti
tidak sulit melakukannya.
“tadi
istri muda kamu sms… dia minta di beliin
soto ayam, ngidam kali ya. Udah berapa bulan? “
Tangan
iyan yang masih memasang kaitan helm terhenti. Reflek aku menatap matanya. Yang
berkilat aneh… keningku berkerut sejenak. Reaksi apa ini… bukannya harusnya
kalau itu hanya akal akalan. Dia akan nyengir menatapku sekarang. Tapi…
matanya… apa ini.
“
istri muda apaan sih” sanggahnya
Dan
seperti menyadari tatapanku yang terarah ke matanya. Dia melempar sebuah
cengiran kepadaku. Cengiran yang menurutku menjadi tambah aneh, karena matanya
yang berputar salah tingkah.
Aku
mundur dan menarik tali helm ku. Untuk ku kaitkan sendiri. Apa ini reaksi yang wajar. Atau kenapa dia
seperti orang yang merasa bersalah. Hanya perasaanku kah? Detik rasanya berlalu
sangat pelan…. Karena begitu pelannya iyan berjalan ke motor dan begitu pelan
juga aku mengikutinya. kalau punya kamera dan aku menjepretnya beruntun dan
tetap akan ku dapati gambar yang bagus meski dengan objek yang bergerak
sekalipun.
Kami
membisu sepanjang perjalanan. Seumur hidup kedekatan kami. Aku tidak pernah
merasa se canggung ini. tidak pernah merasa se aneh ini. dia juga tidak pernah
se diam ini. ku kencangkan pelukanku dan ku sandarkan kepalaku di punggungnya.
Entah kenapa tiba – tiba aku merasa takut kehilangan. Ada yang tidak beres
dengannya. Intuisiku mengatakan begitu.
30 menit perjalanan ke kantorku
rasanya berlalu secepat bernafas. Masih sunyi bahkan saat iyan turun dari
motornya lalu melepaskan kait helm yang sudah ku raba
“ what happen with you ? “ tanyaku
akhirnya… aku tidak tahan jika harus diam seperti ini.
Iyan
menatapku dan tersenyum miris.
“ I’m okay … memang kelihatannya nya
aku kenapa?”
“
I don’t know… I think… I felt something strange today “
“
get into your office, quickly. And wait me this afternoon. I will pick you
again. And we would have a dinner “
Sebuah
kecupan hangat dia berikan di keningku.
“
Promise, you’ll never leave me alone “
Kenapa
aku harus ngomong seperti ini. entahlah aku juga tidak tau. Kata kata alone itu
tiba tiba terucap begitu saja.
“ I promise… sweetheart, I promise “
lirih ucapan itu dia bisikkan di telingaku.
Aku
tersenyum dan mencium pipi nya sebelum masuk ke kantor.
Dinner
, owh… aku akan mengejutkannya malam ini. berharap semua akan berlangsung
menyenangkan hari ini. maka saat istirahat makan siang aku menyempatkan diri ke
mall dekat kantor. Aku akan beli gaun. Selama ini aku jarang pakai gaun kalo
pergi dengannya. Dia sudah berkali kali memintaku memakai gaun kalo pergi
dengannya, agar aku kelihatan feminim tapi aku menolak mentah mentah
permintaannya. Malam ini aku akan pakai gaun. Mengapa aku pilih malam ini
memenuhi keinginannya melihatku pakai gaun. Entahlah aku sendiri pun tidak tau.
Pukul
lima kurang 10 menit. Meja ku sudah ku bereskan dari semua macam jenis
pekerjaan.
“
kamu sudah pulang? Kalo udah sampe depan kantor. Tunggu aku di depan ya… nanti
aku turun”
Sms
itu ku kirimkan. Sepi tanpa balasan. Mungkin dia sedang di jalan. Lebih baik
aku siap siap sekarang. Mumpung dia belum sampai sini.
“
this night would be a special date “ ucapku pada cermin kamar mandi.
Aku
berkreasi singkat dengan semua peralatan make up yang biasanya Cuma ku gunakan
saat aku akan ke pesta. Gaun merah marun ini sempurna menonjolkan warna kulitku
yang gelap. Ku bubuhkan pelembab bibir dan sempurna.
Aku
berputar sekali di depan cermin. Aku tersenyum senyum sendiri menertawakan
kelakuanku yang norak. Aku dan dia sudah
lama pacaran. Dan baru kali ini aku bersikap norak seperti ini. aku berlari
lari kecil di parkiran. Berharap mendapatkan cengirannya di depan pintu gerbang
kantor.
“
whaaa…. Mbak Rei, tumben pakai hak tinggi “ goda pak satpam di depan kantor
“
mau mangkal dulu pak no… mau ikut engga “ celetukku bercanda.
Pak
Ratno satpam kantor itu tertawa ngakak. Aku memang manusia paling masa bodoh di
kantor ini. bisa di hitung dengan jari berapa kali aku pakai gaun dan sepatu
macam begini. Setiap hari pakaian ku Cuma kaos – kemeja – jeans – jaket –
sepatu kets.
Mataku
celingak celinguk di gerbang. Iyan belum datang. Jam 05.15 kemana dia. Dia
pulang kantor jam 16.30 harusnya dia sudah sampe di sini sekarang. Apa dia ada
lembur dadakan.
“
lagi di mana… aku sudah di depan gerbang kantor. Kamu belum pulang kantor ya? “
Sms
ku sepi… tanpa balasan. Ku telf HP nya. nyambung tapi tidak di angkat. Dia
tidak biasanya telat tanpa bilang apa apa kayak gini. Apa terjadi sesuatu…
selintas pikiran buruk tentang kecelakaan demi kecelakaan mengganggu otakku. Ku
dial telefon kantornya.
“
halo… security “ jawaban di seberang.
“
ehm… pak.. tau rayyan… yang anak finance. Dia sudah pulang belum ya”
“
mas Rayyan… sudah kayaknya tadi “
“
jam berapa pak? “
Owh…
bodohnya aku… kenapa ku tanyakan seperti ini pada seorang security. Dia kan ga
mungkin perhatiin orang satu demi satu.
“
jam bubaran kerja tadi mbak… setengah lima “
“
owh… oke… makasih ya “
Kemana
dulu dia… sudah setengah enam sore. Iyan tidak pernah terlambat selama ini. ku
tekan nomer tlf rumahnya. Adiknya yang angkat dan dia bilang iyan belum sampe
di rumah.
Ya
Tuhan… ada apa ini.
“
angkat telfonnya “
Lirih
aku bicara, kaki ku sudah terasa pegal ku pakai mondar mandir ke sana ke mari.
Muka ku berkeringat. Owh… dandananku… biarlah kamu ku cuekin dulu. Pemilik
hatiku lebih penting untuk ku pikirkan.
Dua
jam setengah. Aku menunggu… dan dia masih belum ada kabar juga. Aku telfon ke
rumahnya masih belum ada jawaban. Telfon hp nya juga masih tetap ga di angkat.
Mataku
basah. Maskaraku pasti berantakan. Owh… I don’t care… tapi aku harus pulang.
Tidak mungkin aku menangis malam malam
di halte depan kantor ini tanpa di sangka perempuan yang sedang mangkal. Ku
stop angkot yang lewat depan kost ku. Biasanya aku jarang naik angkot. Tapi aku
tidak mungkin naik taksi dalam ke adaan begini. Di taksi Cuma ada aku dan sopir
taksi nya. aku tidak mau keadaanku yang berantakan ini jadi bahan gosipnya
kelak. Sampe depan kost tanpa menyapa anak anak kost yang lain aku jalan cepat
ke kamar.
“
ciyeee… Reisha… habis kencan, pakai high heels “ goda salah satu teman kost ku.
Aku Cuma tertawa garing sebelum menutup pintu kamar mandi dan menguncinya dari
dalam.
Panik
ku keluarkan hp ku. Masih belum ada balasan sms. Ku tlf berkali kali masih
tetap ga di angkat. Aku tenggelam dalam bantal menutup mukaku dan menangis
sejadi jadinya. Aku panic. Aku takut dia kenapa napa… dan aku ga bisa ngapa –
ngapain. Aku tidak mungkin datang ke rumahnya untuk mencari kabar tentang dia.
Ayah dan ibu nya tidak pernah baik padaku. Mereka tidak menentang hubungan
kami. Tapi mereka juga belum memberikan restu, karena itu aku jarang ke
rumahnya.
“
kamu di mana… jawab dunk, aku panic mikirin kamu “
Sms
ku yang lain, dan masih tanpa balasan. Aku gelisah… air mataku masih mengalir.
Aku bolak balik melongok ke jendela berharap dia tiba tiba muncul dan mengejutkanku.
Kamarku letaknya di lantai satu dan dekat gerbang serta jalan raya. Jadi dari
jendela aku bisa melihat siapa yang datang dan siapa yang pergi. Tapi dia masih
juga tidak kelihatan. Tlf ku berkali kali pun belum ada respon.
Kelelahan
akhirnya aku ketiduran, masih dengan pakaian lengkap. Masih dengan muka penuh
coret coretan riasan.
Hpku
bergetar… aku kaget dan reflek melihat jam. Sudah jam satu pagi.
Berharap
mendapatkan kabar darinya aku buru buru membuka hp ku.
“
kak iyan udah tidur, dia kecapekan jangan di ganggu telfon telfon mulu.
Sesorean capek muter muter nyari cincin tunangan. Dan besok kami masih harus
bangun pagi pagi untuk persiapan pesta pertunangan. Jadi kamu jangan ganggu
kami lagi. Tadi nya aku mau undang kamu. Tapi karena kami tunangan di rumahku
di bogor. Jadi lebih baik kamu ga usah dating. Soalnya terlalu jauh. Kasian
kamu sendirian “
Itu
sms dari nomer mia, panjang sepanjang rel kereta api. Seratus persen aku
langsung bangun. Tunangan… iyan… dan mia…. Lelucon apa ini. Kalau ini salah
satu lelucon mereka berdua lagi. Ini sama sekali ga lucu. Ku speed dial lagi
nomer iyan. Di angkat pada dua kali deringan.
“
kan udah di bilang jangan ganggu, kak iyan udah tidur. Gatel banget sih jadi
cewek “
Gatel…
aku ini pacarnya, ngomong apa ni orang. Gerutuku bingung
sebelum
aku menjawab telfon sudah di putus. Aku speed dial sekali lagi. Di reject.. ku
ulang yang ketiga
“
the number you are calling is busy or out of public area “
Hp
nya di matiin. Kenapa… hp nya yang bawa mia. Kenapa yang jawab mia dan lelucon
tunangan macam apa itu.
Sampe
ayam berkokok mataku tidak sanggup ku pejamkan lagi. Jam lima pagi aku mandi
dan memutuskan untuk pergi ke bogor saat itu juga. Ku panasi si putih
kesayanganku yang selama ini lebih sering nangkring di garasi kost dari pada ku
pakai kemana mana. Aku tidak akan ke bogor naik motor. Aku tidak tau jalan… aku
Cuma tau stasiun. Aku akan ke rumah mia naik taksi dari stasiun bogor. Aku
pernah sekali ke sana waktu jenguk mia sakit. Aku mungkin masih ingat jalannya.
Sebenernya
kenapa aku memutuskan pergi ke bogor ini, aku sendiri pun tidak tau. Aku Cuma
ingin ke sana. Ingin ku pastikan sendiri. Rayyan ku tidak apa apa. Soal kata
tunangan tadi malem. Sama sekali sudah tidak ku pikirkan lagi. Iyan mungkin
Cuma nganterin mia yang sakit dan dia kecapekan lalu ketiduran. Setelah 1.5 Jam
naik kereta dan 20 menit nyasar nyasar naik taksi. Akhirnya aku sampe juga di
depan rumah mia. Jam 8 pagi aku sampe di sana. Aku turun di gang dekat rumah
dia, bimbang antara langsung masuk atau pulang lagi.
Masih
sepagi ini. aku pasti sudah gila tadi, bagaimana kalo iyan sama mia udah balik
ke Jakarta tadi pagi. Dan mereka sudah di kantor sekarang. Dan iyan di depan
rumah ku. Nungguin untuk jemput aku seperti biasa.
“
apa ku telfon iyan dulu aja “
Bimbang
aku duduk di kursi kayu sebuah warung rokok yang belum buka. Aku masih bimbang.
Ibu ibu berdaster mondar mandir di depanku khas kesibukan pagi di sebuah
kampung kecil.
“
emang ga pakai catering?”
Percakapan
mereka sambil lalu terdengar di kupingku
“
pakai sih… tapi Cuma catering biasa, soalnya kan kata bu dian… itu anaknya baru
tunangan “
Dheggg…
siapa bu dian, siapa yang tunangan… kenapa mereka berjalan ke arah rumah ujung.
Rumah di ujung gang itu kan rumah mia. Apa kakak nya mia yang tunangan? Seinget
aku mia punya kakak laki laki yang masih single juga. Otakku berfikir keras
merangkai semua kemungkinan.
“
owh…. Aku harus ke rumah nya “
Putusku
akhirnya. Meski berat langkahku ku bawa juga pelan pelan. Sesenti demi sesenti
sampe ketemu rumah pager hijau di ujung gang. Rumah itu tidak seperti pertama
saat aku ke sana. Dulu rumahnya agak berantakan. Rumput di depan rumah tumbuh
tinggi, mungkin karena tidak ada yang urus. Ibu nya sibuk kerja… sedangkan
bapaknya sudah meninggal. Tapi hari ini rumah nya tampak bersih. Bahkan rapi.
Aku
melangkah pelan pelan di halaman rumahnya. Kalo ternyata ini hari tunangan
kakaknya mia. Aku akan bohong kalo lagi ke bogor untuk ketemu client, meeting
tapi kepagian. Makanya aku mampir. Sekalian kasih selamat untuk kakaknya mia. Dari
jauh aku lihat bapak dan ibu nya Iyan duduk di beranda samping. Untuk apa orang
tua iyan di sini. Mia memang deket sama keluarga iyan dan sudah di anggap anak
sendiri kata iyan. Tapi apa keluarga iyan juga deket dengan kakak nya mia.
Dadaku berdetak makin cepat. Tuhan… jangan biarkan pikiran buruk di otakku ini
terjadi, jangan… jangan…
Mereka
yang di teras samping belum menyadai kedatanganku, karena di depan mereka
sekarang berdiri cewek dan cowok yang ikut pembicaraan dengan akrab. Pasangan
itu tampaknya baru keluar dari rumah induk dan langsung ikut ngobrol di sana.
Aku tertegun… kaki ku berat ku pakai melangkah atau pun ku pakai mundur.
Aku
menatapnya di sana, tertawa riang… cowok yang tadi malam ku khawatirkan
setengah mati. Laki laki yang semalaman ku tangisi Ada di sini.. sehat wal
afiat… harusnya aku senang dia tidak apa apa. Tapi aku tidak bisa senang.
Melihat keakraban mereka dan melihat matahariku melingkarkan tangan di pundak
cewek itu. Aku tau seketika tanpa harus di kasih tau, sms tadi malam itu bukan
lelucon. It’s real… kapan mereka mulai berselingkuh… kenapa tiba tiba begini.
Atau sebenarnya mereka pacaran sudah lama, dan aku ini yang jadi selingkuhan.
Owh… aku tidak suka di sini… aku ingin pulang.
Aku
tidak bisa melihat ini. biarlah aku tenggelam di kasur kamar dan menghapus
kejadian ini dari otakku. Aku akan berpura pura tidak ada kejadian ini. aku
akan berpura pura… aku pandai berpura pura…Air mata sudah berlomba untuk
berlopatan di pelupuk mataku. Bendunganku pecah saat tiba di pintu pagar rumah
mia. Ini sakit…. Kedua kali nya aku di perlakukan seperti ini. dan aku tidak
kuat menahannya.
Sampai
di ujung gang… aku berhentikan taksi yang pertama ku lihat. Tidak lagi ku
perdulikan sopir taksi yang kaget mendengar tujuanku. Taksi bogor – jkt…
biarlah bayar mahal yang penting aku tidak merasa malu meratap ratap di kereta
yang bejibun orangnya.
Betapa
besarnya sebenarnya keinginanku untuk menyapa mereka tadi, harusnya aku menyapa mereka… mengatakan “selamat” dan
bukannya lari seperti pengecut seperti ini. tapi hatiku rasanya sudah tidak
sanggup ku pakai merasakan lagi. Owh… aku pasti akan mati rasa nanti nya. Berapa
kali sudah iyan mengeluh soal aku yang tidak pernah merasa cemburu… berapa kali
sudah dia mengeluh tentang aku yang hanya menjadikan dia pelarian…. Nyatanya aku
yang hanya persinggahan.
“lihat aku…. kamu mungkin
akan jingkrak jingkrak kegirangan… kalau tahu akhirnya aku menangis untuk kamu.
Atau…. Mungkin kamu akan merasa sangat bersalah.. karena air mata ini untuk
kamu. Air mata yang jatuh karena kamu”
Jika
yang kamu butuhkan hanya sekedar kepuasan karena aku mengatakan aku mencintai
kamu, maka setiap hari pun aku akan mengatakan itu. Mengatakannya saat kamu
masih di sampingku.
I wanna be with you
I wanna feel your love
I wanna lay beside you
You know I’ll be
Your life
Your voice
Your reason to be
My love
My heart
Is breathing for this
Moment
In time
I’ll find the words to say
Before you leave me today
*** my true story.... still crying when i remember about this ***
2 comments:
wew hanya bisa terdiam membaca nya..
setiap manusia pasti pernah kehilangan karena itulah hidup ada yg datang ada yang pergi..
meratap bukan jalan keluar
memendam bukan alasan..yg pasti
matahari pasti bersinar untuk esok
Yah... Matahari nya sih masih bersinar, cuma ya... ketutupan mendung... jadi weh... gelaaaapppp
Post a Comment