Hei... Pemilik “Iya aku mau jadi istrimu” yang pertama.
Terkutuklah Bosse @poscinta karena tantangan yang dia
berikan.
Aku jadi harus mengingatmu. Mereka reka pertemuan kita yang absurd,
Kamu yang kala itu duduk di atas sepeda motor, di depan gerbang sekolah.
Menunggui Ibu kamu yang adalah Wali Kelasku.
Dan Aku yang malu malu tapi mau mengintip dari jendela
kelas.
Masih tergambar jelas betapa jengkelnya aku saat kamu bilang
“ Kalau pengen kenalan ke sini aja dek... jangan ngintip2
gitu, nanti bintitan “
Beuh... “Sok ganteng
banget loe “ maki ku waktu itu.
Lalu kejengkelan demi kejengkelan lain ketika aku harus
bertemu kamu berulang kali.
Bimbingan karya tulis yang mengharuskan aku konsultasi ke
Ibu kamu di rumah kalian.
Mau tidak mau membuatku harus melihat mu lagi... dan lagi...
dan lagi...
Sampai hari itu... Hujan Deras... Aku dan Riska yang
terjebak di rumah kamu. Sudah pasrah...
Pasti akan pulang sampai
larut malam. Entah masih ada angkot atau tidak...
Kamu dengan begitu baiknya menawarkan untuk mengantar kami
berdua pulang.
Satu kebaikan... yang membuatku menjadi terikat padamu.
Mengiyakan dengan mantap ajakanmu untuk menjalin hubungan.
Dan mensyukuri detik demi detik yang kita lewati.
Tawa dan canda yang kita bagi...
Sebuah kisah yang begitu manis, tanpa pertengkaran...
Tanpa air mata... tanpa pengkhianatan.
Mungkin karena terlalu manis... semua jadi berakhir dengan
begitu cepat.
Hari itu... Hari Kelulusan SMA ku... 1 bulan setelah aku menerima ikatan di
tanganku.
Aku melihatmu... terkapar di lantai penuh dengan cairan yang
keluar dari tubuh kamu.
Kelimpungan... aku tidak tau harus bagaimana...
“ Dompet... di dompet... “ rintihmu saat itu.
Aku tidak mengerti apa maksud kamu.
Pun aku masih bingung saat kamu merebut dompet yang aku pegang.
Mengambil
plastik obat bening dengan terburu buru dari selipan nya.
Dan menggunakan pipa kecil dari
laci untuk menghirup bubuk putih dari plastik itu.
Rasanya aku pernah melihat yang seperti ini....
Yah... karena kakak sepupuku juga memakainya...
Dan aku pernah membantu dia menggunakan ini...
Dulu sekali... saat aku masih belum tahu itu apa.
Dulu sekali... saat aku baru sadar...
Ternyata obat ini lah yang membuatku tidak bisa melihat
senyumnya lagi.
Obat ini... yang mengambil kakak sepupuku dariku.
Tangismu di pangkuanku... saat kepanikan itu berakhir.
Janjimu untuk berubah dan tidak akan menyentuh obat itu lagi.
Aku membatu... terlalu terkejut untuk bisa berkomentar,
Impian indah tentang taman kecil di belakang rumah...
aku dan kamu pada suatu sore dengan anak anak kita di
pangkuan menikmati matahari senja.
Memudar dari hadapanku...
Apa kamu juga akan di ambil seperti kakak sepupuku ?
Aku pernah kehilangan karena obat itu.
Aku tidak ingin kehilangan separuh jiwaku karena obat itu
lagi.
Jadi biarlah aku menjauh.... menutup semua celah air mata.
Mengubur semua yang kita punya.
Agar aku tidak harus meratapi kematian lagi.
Aku tidak akan pernah bisa melupakan kamu.
Sampai hari ini pun tidak....
Karena aku memang tidak pernah berusaha melupakan.
Lebih indah bagiku... mengingatmu dengan cara seperti ini.
Laki laki pemilik “iya aku mau jadi istrimu” yang pertama.
Selamat atas pernikahan kamu, 2 tahun lalu. Maaf aku tidak
bisa datang.
Aku masih terlalu malu ketemu Ibu dan bingung menjelaskan
Kenapa aku tiba tiba menjauh meninggalkan kamu.
Semoga kamu bahagia dengan dia.
Salam sayangku buat Ibu...
Nanti kalau aku sudah cukup mampu...
Aku akan datang ke beliau...
Minta ampun atas air mata yang pernah aku tumpahkan.
No comments:
Post a Comment