Dear My Lovely EMAK…
Maafkan aku, karena mengatakan
ini hanya lewat goresan kata kata. Aku tidak sanggup mengatakan ini di
hadapanmu. Dan melihat kesedihan yang pasti Engkau sembunyikan agar aku tidak
merasa lebih sakit daripada yang sekarang ku rasakan.
Mak… betapa inginnya aku kembali ke
masa di mana, aku masih bisa mengandalkanmu untuk membantuku mengurangi rasa
sakitku, betapa inginnya aku berbagi
semua hal denganmu seperti dulu, saat aku bisa dengan lugas menceritakan
padamu. Betapa aku merasa sakit hati karena mendengar orang orang mengejek ku.
“ orang yang mengejekmu, sesungguhnya sedang mengajarimu
untuk melihat dengan benar. Seperti inilah dunia di luaran sana nduk. Dan
beginilah caramu menghadapi kehidupan itu sendiri. Dengan menarik nafas panjang…
dan bersabar. Gusti Allah Ora sare. ” begitulah dulu… caramu menenangkanku.
Hari ini, untuk ke sekian kali nya.
aku harus berkutat dengan ribuan rasa sakit dan kecewaku sendirian Mak… harus
ku tanggung beban batinku, tanpa sanggup berbagi dengan siapapun lagi.
Aku
ingin menceritakan itu padamu … pasti
menyenangkan bisa berbagi kehidupan dewasaku denganmu, yang pasti sudah sangat
mengerti bagaimana caranya harus menghadapi masalah seperti yang ku alami
sekarang. Aku ingin di beri nasihat lagi olehmu. Meski dengan kata kata yang
sama. Seperti yang Engkau ucapkan dulu saat ada orang yang mengejekku. Meski
pengulangan bahasa yang sama. Tapi aku pasti akan merasa lebih tenang.
Berkali
kali sudah aku berusaha mengatakan, ini… menceritakan isi hatiku, menceritakan
apa yang ku rasakan, kekecewaanku, masalahku. Tapi aku tidak berani
mengatakannya padamu. Sekarang Engkau sudah sedemikian Renta Mak… menceritakan rasa sakitku padamu, hanya akan
membuat mu tenggelam di ranjang rumah sakit lagi. Karena tubuh rentamu yang
tidak mampu berdamai dengan hypertensi.
Menceritakan
masalahku padamu, hanya akan membuat masalah baru. Karena engkau akan memasang
senyum mencoba menenangkanku dan membawa apa yang ku ceritakan ke tidur malam
mu yang pasti akan menjadi tidak nyenyak. Dan Engkau akan sakit lagi…. Hanya karena
memikirkanku… anak perempuanmu, yang sudah dewasa tapi bersikap ke kanak
kanakan, anak perempuanmu yang sudah dewasa, tapi masih menggunakan tangis untuk
menyelesaikan masalah yang dia hadapi.
Di
pikiran mu… aku belumlah cukup dewasa, bagimu… aku masihlah gadis kecil. Yang
harus Engkau lindungi dari apapun yang mungkin membuatku sakit. Dan aku masih
seperti itu mak… sampe sekarang pun aku
masih mengandalkanmu.
Meski
aku tidak berani menceritakan apapun lagi padamu, aku masihlah tetap
mengandalkanmu dalam semua hal yang ku hadapi di dunia yang kadang bisa sangat
tidak menyenangkan ini.
Saat
aku mengatakan padamu,
“
Jangan lupa sholat ya Mak…”
Sesungguhnya
di balik kata kata itu, aku menyelipkan harapan agar Engkau mendoakan hal yang
baik untukku. Karena saat itu aku sedang mengalami masalah.
Berapa
banyak aku main kode untuk mendapatkan ketenangan dengan cara yang kadang
mungkin membingungkanmu Mak…
Seandainya..
Engkau masih sekuat dulu, aku mungkin tidak perlu repot repot bermain kode
seperti ini.
Tapi
Engkau sudah renta di makan usia, pikiranmu tidak sekuat dulu lagi, hatimu
tidak sekuat dulu lagi, dan ragamu pun tidak sekuat dulu lagi.
Aku
tau Engkau mulai melemah di gerogoti penyakit dan usia.
Tapi
bagaimanapun adanya Engkau sekarang, aku tetap tidak ingin menukarmu dengan
apapun yang ada di dunia ini.
Jika
aku di beri kesempatan kedua untuk memilih siapa yang akan menjadi ibuku… aku
masih akan memilih Engkau.
Wanita
Renta yang menghabiskan usia mudamu yang kuat, untuk membekaliku… segala macam hal yang bisa ku gunakan untuk
menghadapi kerasnya kehidupan.
Wanita
Renta yang memberiku kasih sayang tanpa batas. Meskipun aku seringkali
mengecewakanmu.
Berusahalah
untuk tetap sehat Mak… dan berusahalah untuk tetap kuat.
Karena aku masih teramat sangat membutuhkanmu.
Sincerely
Me,
No comments:
Post a Comment