Translate

Thursday, November 12, 2015

Anniversary



ANNIVERSARY
Bee & Flower
Oleh : Riri

“Today is our anniversary, Bee!”
            “Yea, i know Flo... but what can i do? This research should be done tomorrow.”
            Tanpa sepatah katapun lagi, aku menekan tombol merah di ponsel. Marah? Ya! Jengkel? Sangat! Ini tahun pertama anniversary kami. Harusnya dia bisa meluangkan waktu sedikit untukku, Iya kan? Aku ga pengen dia datang kesini, muncul didepan pintu dan memberi sekotak coklat atau mengajak dinner romantis. Cukup dengan dia duduk di depan laptop dan menyalakan skype. Jadi aku bisa bicara dengannya seharian. CUKUP ITU AJA! Kenapa susah banget buat begitu doang.
            Ponselku berdering lagi, pesan whatsapp darinya.
Bee : I know you’re dissapointed. Im sorry okay... After all of this stuff done. I’ll go to skype and we can talk till morning. Maybe around 11pm by your time and 11 am by my time. Ok....?
Flower : Kay.
Bee : Dont be mad please?!! Me.. busy with all of this stuff, for us, Flower! so i can get my PHD and come to your dad, then ask him to let u to be mine.
            Aku menghela nafas mencoba membuang jengkel yang masih memenuhi hatiku.
Flower : yea, i know.. im sorry... im rush things. Do your stuff. I’ll  wait. If i fall asleep. Give me ring-ring okay. Have a nice day hunny.
            Satu emoticon senyum dia kirimkan sebagai balasan atas pesanku.*
**
1st Anniversary. Aku duduk di depan laptop. Memakai gaun berwarna peach yang baru aku beli tadi. Kulitku yang coklat khas asia terlihat menonjol saat aku mengenakan gaun ini. Sedikit make-up lengkap dengan pewarna pipi aku bubuhkan di wajahku yang biasanya polos tanpa apapun.
Masih jam 10 malam- jam 10 pagi di Florida-.(really weird timezone). Dan dia bilang dia akan online 1 jam lagi. Menghabiskan waktu aku menarik tablet dan mulai memutar video player. Hiccup dan Toothless terpampang di layar mungil tabletku. Untuk sesaat aku terhanyut dalam film itu. sampai tidak menyadari pukul 11 sudah lewat dari beberapa saat yang lalu.

23.30  WIB.
Tengah hari di Miami sekarang. Dan dia belum juga muncul di skype atau memberi kabar. Tanganku gatal ingin mengirim pesan. Tapi dia mungkin sangat sibuk sekarang
23.40
Dia tidak juga menuliskan sesuatu padaku,
23.50
Flower : You’re still busy? Im in skype ok.
00.00
Centang duanya masih berwarna hitam. Aku memperhatikan layar skype. Menatap hampa pada account Light-Shadow miliknya, yang masih belum juga berubah menjadi online.
00.20
Nafasku terasa sesak. Dan rasa perih mulai menusuk-nusuk dibalik kelopak mata. Dia tidak akan datang. Devin tidak pernah membiarkanku menunggu selama ini. satu-satunya alasan dia membuatku menunggu adalah karena dia tidak bisa datang. Dia sibuk dengan tugas. Harusnya aku tidak memaksa dia datang. Tanganku terulur menekan tombol CTRL+F7. Tapi sebelum aku tekan...

 Light Shadow online.

Notification di pojok kanan bawah laptopku menunjukkan itu. Dan di layar muncul panggilan darinya. Aku menekan tombol biru berlogo video dengan agak terburu-buru. Wajahnya muncul di layar laptopku.
“Hey...”
“Hi...” oh crap... suaraku serak.
“Hmmm... Had Been crying? How much you crying while you’re waiting for me?”
Aku merengut, dan senyum Devin makin lebar. Menampakkan gigi putihnya yang terawat rapi.
“Aku pikir kamu ga bisa datang.”
“Risetnya belum selesai. Tapi kalau aku ga datang. Besok muka kamu pasti bengkak karena kebanyakan nangis.”
“Uhmmm..”
“Yes or no?”
“Yea... you know me so well.”
Devin tergelak. Wajahnya terlihat luar biasa lelah. Aku jadi merasa bersalah.
“I’m ok now, jadi... kamu bisa beresin riset kamu sekarang.”
“Udah? Cuma gini doang? Trus aku di usir? Bener-bener!! calon istri macam apa begini!”
“Hahahha.... bukan gitu, kamu kan masih ada tugas. Aku cuma mau kuliah kamu cepet beres.”
“Well... Tunggu sebentar oke, dan tutup mata.”
“Tutup mata?”
“Yes... close your eyes. Dont sneak... “
“Buat apa?”
“Just close your eyes.”
Aku menutup mata dan merasa sedikit bodoh berharap dia akan muncul dengan kado spesial yang keluar dari layar laptop. Macam Sadako di film The Ring.
“Kenapa senyum-senyum?”suaranya terdengar geli.
“Ga apa-apa. Udah belum?”leherku terasa hangat. Dan mukaku pastinya sudah berubah menjadi merah sekarang. Untung dia ga bisa baca pikiranku.
“Udah.“
Pelan aku membuka mata, sedikit penasaran dengan apa yang akan dia lakukan. Dan dia duduk disana. Diam.. masih seperti tadi. What the ??!!!!
“Jadi mana surprisenya?”tuntutku
“Surprise apa?”
“Surprise yang mau di kasih? Kan aku di suruh tutup mata.”
“Emang kalau nyuruh tutup mata, harus selalu pas mau kasih surprise?”tatapan Devin berubah jahil.
Sial... !!! dikerjain. Aku bangkit... berniat ingin meninggalkannya. Tapi kuurungkan, saat aku lihat Devin menarik sesuatu dari samping tempat dia duduk. Sebuah gitar. Tangannya dengan piawai memetik senar gitar. Melody itu lembut, mengalun, menyusup kedalam hatiku.

You are my only hope,
but you're so far.
And you are my only hope,
so come back home from where you are.

I see your face on everyone,
like the constant beating of the sun right on my skin.
I'm suffering without you.
"It's Out of Reach" on my stereo
is starting to feel real close to home,
and I can't bear to sleep here without you.
Secondhand Serenade – Only Hope.
            “I love you more and more sunshine.”bisiknya serak.
“Love you too, thanks... for this sweet anniversary. Makasih buat lagunya.”
“Kamu udah dandan cantik banget malam ini, jadi lagu itu ga seberapa di banding effort kamu. Cuma buat kelihatan cantik didepan aku.”
Mukaku kembali terasa panas.
“Together forever, like Bee and Flower. We need each other. Be patient oke... soon i’ll be there.”lanjut Devin.
“Yea, i can wait... as long as i’m with you. I can wait.”
Seulas senyum Devin terukir dibibirnya dan didalam hatiku pada saat yang bersamaan.
*****