ANNIVERSARY
Bee
& Flower
Oleh
: Riri
“Today
is our anniversary, Bee!”
“Yea, i know Flo... but what can i
do? This research should be done tomorrow.”
Tanpa sepatah katapun lagi, aku
menekan tombol merah di ponsel. Marah? Ya! Jengkel? Sangat! Ini tahun pertama
anniversary kami. Harusnya dia bisa meluangkan waktu sedikit untukku, Iya kan?
Aku ga pengen dia datang kesini, muncul didepan pintu dan memberi sekotak
coklat atau mengajak dinner romantis. Cukup dengan dia duduk di depan laptop
dan menyalakan skype. Jadi aku bisa bicara dengannya seharian. CUKUP ITU AJA! Kenapa
susah banget buat begitu doang.
Ponselku berdering lagi, pesan
whatsapp darinya.
Bee : I know you’re dissapointed. Im
sorry okay... After all of this stuff done. I’ll go to skype and we can talk
till morning. Maybe around 11pm by your time and 11 am by my time. Ok....?
Flower : Kay.
Bee
: Dont be mad please?!! Me.. busy with all of this stuff, for us, Flower! so i
can get my PHD and come to your dad, then ask him to let u to be mine.
Aku menghela nafas mencoba membuang
jengkel yang masih memenuhi hatiku.
Flower
: yea, i know.. im sorry... im rush
things. Do your stuff. I’ll wait. If i
fall asleep. Give me ring-ring okay. Have a nice day hunny.
Satu emoticon senyum dia kirimkan
sebagai balasan atas pesanku.*
**
1st Anniversary.
Aku duduk di depan laptop. Memakai gaun berwarna peach yang baru aku beli tadi.
Kulitku yang coklat khas asia terlihat menonjol saat aku mengenakan gaun ini. Sedikit
make-up lengkap dengan pewarna pipi aku bubuhkan di wajahku yang biasanya polos
tanpa apapun.
Masih jam 10
malam- jam 10 pagi di Florida-.(really weird timezone). Dan dia bilang dia akan
online 1 jam lagi. Menghabiskan waktu aku menarik tablet dan mulai memutar
video player. Hiccup dan Toothless terpampang di layar mungil
tabletku. Untuk sesaat aku terhanyut dalam film itu. sampai tidak menyadari
pukul 11 sudah lewat dari beberapa saat yang lalu.
23.30 WIB.
Tengah
hari di Miami sekarang. Dan dia belum juga muncul di skype atau memberi kabar. Tanganku
gatal ingin mengirim pesan. Tapi dia mungkin sangat sibuk sekarang
23.40
Dia
tidak juga menuliskan sesuatu padaku,
23.50
Flower : You’re
still busy? Im in skype ok.
00.00
Centang
duanya masih berwarna hitam. Aku memperhatikan layar skype. Menatap hampa pada
account Light-Shadow miliknya, yang masih belum juga berubah menjadi online.
00.20
Nafasku
terasa sesak. Dan rasa perih mulai menusuk-nusuk dibalik kelopak mata. Dia tidak
akan datang. Devin tidak pernah membiarkanku menunggu selama ini. satu-satunya
alasan dia membuatku menunggu adalah karena dia tidak bisa datang. Dia sibuk
dengan tugas. Harusnya aku tidak memaksa dia datang. Tanganku terulur menekan
tombol CTRL+F7. Tapi sebelum aku tekan...
Light
Shadow online.
Notification
di pojok kanan bawah laptopku menunjukkan itu. Dan di layar muncul panggilan
darinya. Aku menekan tombol biru berlogo video dengan agak terburu-buru. Wajahnya
muncul di layar laptopku.
“Hey...”
“Hi...”
oh crap... suaraku serak.
“Hmmm...
Had Been crying? How much you crying while you’re waiting for me?”
Aku
merengut, dan senyum Devin makin lebar. Menampakkan gigi putihnya yang terawat
rapi.
“Aku
pikir kamu ga bisa datang.”
“Risetnya
belum selesai. Tapi kalau aku ga datang. Besok muka kamu pasti bengkak karena
kebanyakan nangis.”
“Uhmmm..”
“Yes
or no?”
“Yea...
you know me so well.”
Devin
tergelak. Wajahnya terlihat luar biasa lelah. Aku jadi merasa bersalah.
“I’m
ok now, jadi... kamu bisa beresin riset kamu sekarang.”
“Udah?
Cuma gini doang? Trus aku di usir? Bener-bener!! calon istri macam apa begini!”
“Hahahha....
bukan gitu, kamu kan masih ada tugas. Aku cuma mau kuliah kamu cepet beres.”
“Well...
Tunggu sebentar oke, dan tutup mata.”
“Tutup
mata?”
“Yes...
close your eyes. Dont sneak... “
“Buat
apa?”
“Just
close your eyes.”
Aku
menutup mata dan merasa sedikit bodoh berharap dia akan muncul dengan kado
spesial yang keluar dari layar laptop. Macam Sadako di film The Ring.
“Kenapa
senyum-senyum?”suaranya terdengar geli.
“Ga
apa-apa. Udah belum?”leherku terasa hangat. Dan mukaku pastinya sudah berubah
menjadi merah sekarang. Untung dia ga bisa baca pikiranku.
“Udah.“
Pelan
aku membuka mata, sedikit penasaran dengan apa yang akan dia lakukan. Dan dia
duduk disana. Diam.. masih seperti tadi. What the ??!!!!
“Jadi
mana surprisenya?”tuntutku
“Surprise
apa?”
“Surprise
yang mau di kasih? Kan aku di suruh tutup mata.”
“Emang
kalau nyuruh tutup mata, harus selalu pas mau kasih surprise?”tatapan Devin
berubah jahil.
Sial...
!!! dikerjain. Aku bangkit... berniat ingin meninggalkannya. Tapi kuurungkan, saat
aku lihat Devin menarik sesuatu dari samping tempat dia duduk. Sebuah gitar. Tangannya
dengan piawai memetik senar gitar. Melody itu lembut, mengalun, menyusup
kedalam hatiku.
You are my only
hope,
but you're so far.
And you are my only hope,
so come back home from where you are.
I see your face on everyone,
like the constant beating of the sun right on my skin.
I'm suffering without you.
"It's Out of Reach" on my stereo
is starting to feel real close to home,
and I can't bear to sleep here without you.
but you're so far.
And you are my only hope,
so come back home from where you are.
I see your face on everyone,
like the constant beating of the sun right on my skin.
I'm suffering without you.
"It's Out of Reach" on my stereo
is starting to feel real close to home,
and I can't bear to sleep here without you.
Secondhand Serenade – Only Hope.
“I love you more and more sunshine.”bisiknya
serak.
“Love
you too, thanks... for this sweet anniversary. Makasih buat lagunya.”
“Kamu
udah dandan cantik banget malam ini, jadi lagu itu ga seberapa di banding
effort kamu. Cuma buat kelihatan cantik didepan aku.”
Mukaku
kembali terasa panas.
“Together
forever, like Bee and Flower. We need each other. Be patient oke... soon i’ll
be there.”lanjut Devin.
“Yea,
i can wait... as long as i’m with you. I can wait.”
Seulas
senyum Devin terukir dibibirnya dan didalam hatiku pada saat yang bersamaan.
*****